Peperangan identik dengan kekerasan, namun dalam Hakikat Bratayudha
arti perang disini akan tetap berhubungan dengan makna Kematian, karena
arti kematian tersebut tidak bisa dipisahkan dari proses Peperangan…
Bratayuda yang mempunyai maksud dan makna yaitu ‘ Sakratul maut’,
Kurawa mask kedalam Pandawa. Dan wilayah sebenarnya adalah Badan dan
Sukma, dan inilah yang menyebabkan Kesempurnaan harus diusahakan, badan
dan sukma, keluar masuknya nafas, lebur luluh masuk kedalam bandarullah…
Suyudana beserta seluruh balatentara mati, kemudian Sang Harjuna
masuk ke negeri Ngastina berperang sebagai raja, namun sebenarnya Raden
Pamadi hanya sebagai pelindung. Sesungguhnya yang menjadi Raja adalah
Prabu Parikesit, yang abadi selamanya di negeriNgastina. Adapun maksud
parikesit adalah seluruh nafas yang tanpa henti, menjadi sukmana …
Kesempurnaan badan dan sukma identik dengan kesempurnaan keluar
masuknya nafas, karena nafas adalah titik hubung penting antara “diri”
dengan tubuh, dan pengaturan nafas dapat membersihkan urat2 syaraf dan
memeberikan daya kekuatan pada pusat tubuh yang halus…
Pada pengaturan nafas berhasil maka seseorang akan tenggelam akan
tujuannya yaitu Tuhan…..Harjuna sebagai lambang Pengetahuan yan benar
menghantarkan kesadaran diri berubah pada kesadaran akan Tuhan dalam
nuansa Keabadian yang disebut Suksmana dan ini menjadi syarat kemunculan
Insan Kamil karena merupakan Tujuan dari manusia dalam pendekatannya
pada Tuhan…..
Kematian Angkawijaya…
Adalah putra Raden Parta, maksuda nama angka berarti akal, jaya
adalah kemenangan…angka wijaya dibunuh oleh Jayajatra. Akalnya yang baik
hilang terlebih dahulu, jika sudah mengerti tentang akal, Jayajatra
adalah ‘kepastian’ atau kemenangan( yang membunuh akal ).
Kerajaan jayajatrayang bernama Sindu Kalangan adalah sesuatu yang
menyebarkan nafas ke seluruh tubuh, dalam konteks ini penyebaran ini
dilakukan oleh darah dengan dorongan denyut nadi dari jantung. Dan
sebagai tujuannya adalah memfungsikan organ2 diseluruh tubuh, denyut
yang yang mendorong darah ini membawa zat yang ada dalm udara yang
dihirup daam nafas setelah terlebih dahulu diolah.
Dalam konteks akal dapat dijabarkan sebagai otak, yang didalamnya
terdapat perlengkapan2 untuk berintuisi maupun berpikir sehingga disebut
berakal, dan ini yang disebut kinerja akal, tetapi sehebat apapu akal
tidak akan bisa berfungsi, tanpa adanya zat2 yang menopang keberadaannya
yang disalurkan oleh darah dengan dorongan denyut nadi….pengertian
kepastian adalah dipastikan bahwa Akal sangat akan bergantung pada
denyut Jantung…
Kematian Jayajatra…
Kerajaannya adalah Sindu Kalangan, yang bermakna ” Menang “, inilah
yang menyebarkan nafas ke seluruh tubuh. Terbunuhnya adipati (
angkawijaya ) oleh jayajatra menyebabkan Parta marah. Hilang nafasnya
jika sudah muncul insan kamil yaitu sejenis ‘sabda’ yang ada dalam
manusia…inilah kematian jayajatra…diibaratkan nafas yang masih
berhubungan erat dengan denyut yanbg menyalurkannya, nafas tidak akan
sampai pada seluruh organ tubuh tanpa perantara darah dengan denyut nadi
dan denyutpun di hidupkan oleh nafas ini…
Kematian Gatotkaca…
Nama lainnya adalah Arimbatmaja, dibunuh oleh raja Ngawangga yang
disebabkan oleh senjata panah ( kunta )…yang dalam bahasa arab artinya
‘Alif’, yang artinya “jadi”, sira adalah ‘sir’, kemudian berkumpul
menjadi satu…Arti Gatotkaca adalah sesuatu yang ada di angkasa. Pada
waktu yang akan datang, saat manusia mati, sesuatu ( mardum = ma’dum /
tiada) yang jatuh diangkasa tersebut jatuh ke martabat
keempat…menunjukkan keberadaan sesuatu hal yang jika dibandingkan
keberadaan mutlak harus ada ( Tuhan ), barang ini tidak ada. Suatu
barang itu ada karena keberadaannya diciptakan…seseorang yang
menyampaikan pendapat kepada orang lain secara lisan dalam prosesnya
harus melalui resonansi diudara ( gelombang rambat) sehingga sampai pada
pendengar, jadi gatotkaca diistilahkan sebagai mandum kang aneng tawang
adalah ucapan-ucapan…sedangkan senjata Kunta milik Karna…Kun bermakna
jadilah dan ta adalah kamu ( jawa kuno ) …Kata kun adalah merupakan
sabda Tuhan yang menandakan adanya Dunia Perintah dan Dunia Penciptaan.
Ruh manusia ada karena diperintah dan dicitakan dengan sabda Kun.
Ruh itu benar2 sederhana dan tidak dapat dibagi menjadi bagian2,
sehingga ia dimiliki oleh Dunia Perintah. Badan merupakan campuran dan
dapat dibagi2, ia dimiliki dunia penciptaan. Kata Kun menyiratkan
ketetapan Tuhan sedangkan sir berarti “landasan jiwa”…Kunta dapat
diinterprestasikan sebagai “ketetapan Tuhan sebagai landasan jiwa” atau
perintah Sang Hyang Suksma…sehingga gatotkaca sebagai makhluk harus
tunduk pada perintah Tuhan, sehingga kematian membawa dia kembali
kemartabat keempat, kealam arwah yang termasuk dalam martabat
penciptaan….yang termasuk didalamnya adalah alam arwah, misal(alam ide),
ajsam( alam kebendaan )…merupakan martabat terendah tetapi sekaligus
juga paling tinggi diantara martabat2 berujud akal, yang mengandung
manifestasi absolut. Martabat tersebut adalah Insan…Inilah ketetapan
Tuhan sebagai landasan jiwa, mendasari dan menentukan penguasaan atau
penerimaan dan penyerapan ucapan ( gatotkaca) orang lain yang didengar
melalui telinga ( karna ).
Kematian Karna…
Kematian Raja Ngawangga ( Karna ) disebabkan oleh Raden Pamadi dengan
menggunakan panah Pasopati, pasopati bermakna tanda kematian yang
berarti hilangnya pendengaran telinga. Karna mati langsung diambil oleh
yang punya. Dan raden pamadi adalah merupakan simbol dari kematian
karna…
Sebagai alat pendengaran karna tidak lebih hanya penghalang bagi
pendengaran raja ( sukma luhur ), da kita melihat raja suyudana adalah
sukma luhur…dan ini mengandung makna bahwa sukma luhur atau ruh yang
harus terbebaskan dari pengaruh keduniawian, termasuk teling yang harus
mendukung tugas ruh yaitu harus mendengarkan hal-hal yang bersifat
mendukung demi kebebasan ruh.
Kematian Prabu Salya…
Kematian Raja Mandaraka diakibatkan oleh senjata kalimasada, yang
bermakna hilangnya pikiran, sehingga mati pula alam insan (manusia).
Prabu salya dapat digambarkan sebagai sukma purba yang menjadi pikiran,
berkuasa di mandaraka yang sebenarnya adalah hati…
Dalam konteks hati ada 2 makna….pertama disebut jantung, dan kedua
adalah bersifat spiritual, yaitu wadah untuk menerima rahmat Tuhan, dan
ini memiliki persepsi sebagai pengetahuan, ma’rifah. Dan didalam hati
ini bersemayam Rahsa, yang berbeda dengan rasa biasa( perasaan dalam
badan ). Dibagian paling rahasia(halus) dalam hati manusia dinamakan
Sirr, dalam konteks mistik islam adalah merupakan tempat penyatuan
mistik, dan disebut juga Tahta Kesadaran…
Dan simbol pikiran mengingatkan kembali pada Akal yang membedakan adalah
bahwa akal berhubungan dengan otak dan pikiran berhubungan dengan hati
sebagai kesadaran…
Kematian Prabu Salya dimaknai sebagai musnahnya kesadaranyang berarti pula musnahnya alam insan (manusia)…
Inilah yang merupaka sebuah posisi pentingnya kesadaran, karena ketika
kesadaran hilang artinya sifast sebagai manusiapun lenyap.
Kematian Dursasana…
Dursasana mati sebabnya adalah Pancanaka, makna Dursasana adalah
penyebaran kekuatan, sedangkan pancanaka adalah kelima yag sejati dan
kuku yang tajam, tajam tidak mengenal tempat, empat mata angin
tersebari, jika usnah gerakan dunia akan terhenti…
Kiblat papat ( 4 mata angin ) atau s45p/ empat arah mata angin dan
kelima satu titik pusat yang akhirnya melahirkan pasaran lima yaitu
Legi, Pahing, Pon, Kliwon, Wage yang masing2 dihubungkan dengan
fungsi,warna dan sifat…..dan warna2 inilah itulah adalah saudara (
inilah yang akan keliatan dalam jagat walikan/ dunia yang baka
)…saudara2 itu adalah benda yang keluar bersama dirinya, yaitu air
ketuban ( kakang kawah), plasenta (ari2), darah dan talipusat…dan dalam
sosok Bima ini dilambangkan menjadi pola kainnya, poleng bang bintulu
sehingga untuk mempertebal kekuatannya karena selalu disertai sedulur
papatnya. Ada konsep juga yang menyebutnya sebagai, 4 nafsu yaitu
lawammah, amarah, sufiah, muthmainah…..dan ini semuanya yang membuat
manusia memiliki keinginan dan bertindak demi keinginan itu dan nafsu
itu dihidupi oleh ruh…
Ruh menyuburkan jiwa (nafs), dan jiwa melahirkan aktivitas2 badaniah
didunia yang terlihatr. Ruha dianggap sebagai dimensi yang paling
bercahaya dari manusia yang paling dekat pada Tuhan, disebut juga akal,
dan salah satu sifat kenabian adalah memberi petunjuk, dalam mikrokosmos
petunjuk melekat pada akal, maka akal adalah analog mikrokosmik nabi…
Dan dari sini sisi terang dari simbol rasul yaitu adalah nabi yang
disebut juga akal, ruh, atau cahaya…yang bisa menerangi ke segala arah,
tajam dan meyilaukan, dapat dilihat dari tempat manapun, cahaya ini
menghidupi jiwa2, nafsu2 yang digambarka di 4 arah mata angin dari
pancer…bila jiwa2 yang sebagai dasar lahirnya akitivitas badaniah ini
musnahmaka pergerakan dunia ( mikro/badan) akan berhenti, artinya
aktivitas badan /tenaga tubuh sangat tergantung dari jiwa /nafsu yang
dihidupi oleh ruh ( pancanaka )
Kematian Wiku Dahyang Durna…
Maknanya adalah nafsu ‘muthmainah’. Bertahta di negeri Ngatas Angin.
Daerah kekuasaannya adalah kemunculan nafas di hidun. Pembunuhnya adalah
Dhustajumena berasal dari dhusta, artinya ‘pencuri’ (dan) jumena
artinya ‘menurut pada kalbu’. Hilang kekhawatiranmu. Jika sudah tumbuh
(kemantapan itu maka) akan menjadi habis kekhawatiranmu.
Nafsu sendiri merupakan angkara, khusus nafsu muthmainah bisa
menimbulkan watak loba, misal berpuasa tanpa batas kemampuan, tetapi ini
berbeda dengan kultur sufisme di dunia arab yang menjelaskan bahwa
muthmainah harus dipelihara karena bermakna ‘jiwa yag tentram’
…..sebetulnya kalo di jawa memang penjelasannya lebih terperinci bahwa
muthmainah merupakan martabat langit ke 4 sedangkan yang perlu digapai
adalah langit ke 7 mi’raj…
Kematian Sengkuni…
Sengkuni di Plasajenar, bima satya yang membunuhnya, dan kematiannya
disebabkan oleh senjata Pancanaka. Arti Sengkuni adalah ‘ucapan kata2
kotor yang disengaja ketika mengumpat’. Suaranya hilang masuk kedalam
wilayah Ilahi…
Pancanaka adalah memiliki arti 4 nafsu dan 1 ruh. Ruh yang menguasai
nafsu inilah yang menhubungkan dimensi Tuhan dan manusia dengan
perantara Sirr. Kata2 kotor yang disengaja adalah ungkapan kekecewaan
atau kemarahan seseorang karena keadaan tidak sesuai dengan yang
diinginkan…dan keadaan perasaan yang tidak menentu ini terjadi dalam
hati dan diistilahkan sebaga ‘Hawa’…
Tokoh Bima sendiri memberikan simbol tersendiri pada masyarakat jawa
dengan ilustrasi2 sebagai figur kasar, perkasa, penolong dan guru tanpa
guru atau bahkan sebagai penolong dan pengruwat.
Seluruh gejala dari tubuh adalah tanda aktivitas nafsu, termasuk
ungkapan kekecewaan itu, dan nafsu itu dikuasai ruh, dan ruh merupakan
perantara bagi manusia untuk masuk kedalam wilayah Ilahi dengan demikian
kematian Sengkuni bermakna musnahnya aktivitas ungkapan kekecewaan yang
akan memalingkan hati dari ketetapan Ilahi.
Kematian Seta, Untara, Wrasangka…
Ini dibunuh oleh Resi Bisma, arti ketiganya adalah sbb; Seta adalah ‘
nafsu yang tak muncul’, Untara adalah ‘ keingina di hati’, Wrasangka
adalah ‘ keingina untuk berusaha’…arti wrasangka adalah berawal dari
Muhkamat yang muncul, kemudian sirna jika sudah muncul Amatdiyah…
Ketiga tokoh ini melambangkan ke 3 nafsu selain muthmainah. Kemunculan
nafsu2 ini di hubungkan dengan Amatdiyah, Dalam penjabarannya dapat di
babarkan bahwa Hyang sukma- Ruh idlafi – Ilapat atau Allah- Nur
Muhammad-sirr…dan disinilah istilah Nur Muhammad menunjukkan sebagi ruh
penghubung, yang menghubungkan kesatuan mutlak dengan segala sesuatu
yang ada menjadi satu kesatuan. Keempat nafsu yang diwakili wrasangka
dihidupi oleh ruh. Ini menandakan sifat ketergantungan nafsu dari ruh,
sehingga kemunculannya diawali oleh munculnya ‘Muhammad’ sebagai ruh
idhafi. Dan menunjukkan Bisma memiliki fungsi yang sama dengan
Dhusthajumena yaitu membunuh atau menguasai nafsu…
Kematian Resi Bisma…
Adapun Resi Bisma, Srikandhi yang membunuhnya…sesungguhnya sirmu
menerangkan bahwa kamu telah ditolong oleh guru sejatimu. Peristiwa ini
sepertinya sir mengadu kepada Nur Muhammad yang menjadi awal mula
kehidupan. Musnahlah seluruh bala tentara Kurawa.
Hati atau rasa memiliki objek ruh, ruh berhubungan dengan Tuhan,
bertempat di lokus bernama sirr, ada didalam hati, disebut ruh muhammad.
Dalam prosesnya penciptaan dunia dikenal adanya istilah ” Hakikat
Muhammad ” disebut juga “Nur Muhammad” yaitu Cahaya pra-Penciptaan yang
merupakan awal penciptaan. Ruha dalam dunia sastra suluk jawa adalah
objek ‘rahsa’ atau rahasia’ dan inilah sarana berkontak dengan Tuhan,
dan merupakan ruh kehidupan yang mengalir dari Tuhan tanpa dipisahkan
darinya.
Jadi Srikandhi dalam arti sirr, merupakan sarana guru sejati untuk
menguasai hati, dan membunuh bisma hanya sebagai sarana bagi sukma Dewi
Amba untuk menyatu kembali dengan bisma untuk pergi bersama ke surga…
Kematian Burisrawa…
Beliau dijabarkan sebagai ipar raja Ngastina ( Prabu Suyudana), dan
dalam perang Baratayudha digambarkan Burisrawa berhadapan dengan
Wresniwira(Harya Sentyaki), burisrawa berarti ‘manusia buruk tanpa
ilmu’, keadaan samar menyelimuti. Sentyaki terkungkung kalah dan Raja
Dwarawati, Sri Kresna yang merasa iba mengedipkan mata pada Raden Pamadi
yang segera melepaskan panag pasopati dan mengenai tengkuk burisrawa,
patah dan mati dan maknanya adalah Seseorang yang pulang pada Kegelapan,
akhirnya terjadilah kematian.
Digambarkan disini bahwa Burisrawa adalah manusia yang tidak memiliki
‘Ilmu’ yang dijabarkan sebagai bukan hanya intelektual tetapi lebih
kepada ilmupengetahuan yang ada hubungannya dengan praktek kehidupan,
terutama memahami diri sendiri, kebenaran tentang hidup dan kematian,
cara mencari dan menemukan Tuhan dan hubungan manusia dengan
Tuhan….sifat bodoh yang harus diganti dengan sifat kesempurnaan.
Sehingga dengan memahami keilmuan tersebut kita dapat diharapkan
bertindak tanpa nafsu, dan buahnya adalah Keselamatan Moksa ( bentuk
meditasi berjalan )…dan ini dapat menjauhkan seseorang dari bahaya
neraka …dan hanya orang yang taat dan saleh yang mampu memandang
pemeliharaan dunia sebagai sebuah peniruan aktivitas tanpa nafsu dari
Tuhan dapat dengan segera membenarkan aksi keberlanjutan…inilah atas
dasar ketaatan religius. Dalam kejadian Burisrawa yang mati tanpa
pengetahuan yang benar, tidak akan sampaipada paraning dumadi tujuan
kehidupan, karena ia tidak tahu jalan kepulangan kepada Tuhan.
Kematian Sentyaki…
Mudah, tertimpa jasad. Jasad keluarga utama yang berarti sesungguhnya
adalah kematian seseorang dengan cara yang tidak tepat. Sanak famililah
yang memberikan teriakan, mengingatkan jalan (agar dapat) lepas bebas
karena didunia berguru pada isi dunia…kalo dalam ragam budaya seperti
acara selamat kematian; hari ke1, ke3, ke 7, 40 hari, 1000 hari yang
dalam acaranya ada sebuah permintaan maaf atas kesalahan2 dan beban yang
belum diselesaikan.
Sentyaki mengisyaratkan kematian yang tidak sempurna, misal akibat
kecelakaan dan hali ini disebabkan oleh kebodohan ( sentyaki terkungkung
oleh burisrawa/kebodohan), dan biasanya memerlukan sanak famili untuk
menunjukkan jalan ke arah Tuhan…
Kematian Suyudana…
Berarti ‘Sukma Luhur’, berkerajaan di Ngastina yang bermakna Rumah
akhir Jaman yang direbut oleh Bima dan Parta. Sang Prabu bersahabat
dengan kerajaan hitam, kuning, merah dan putih yang berada disekeliling
Ngastina. Pada waktu dulu sang Prabu sangat marah mengukuhi kerajaan
ngastina yang kemudian direbut Pandawa, artinya bahwa kebanyakan
manusia, bukan tanpa halangan jika ingin mati. Ngastina sebebnarnya
rumah akhir jaman bagi Pandawa dengan nama lain Bandarullah. Hanya
tinggal Sri Nara Nata Kurupati yang masih hidup. Ia di bunuh oleh Bayu
suta. Sukma luhur itu sebenarnya sangat lain, yang memerintah dan
menerangi kemunculan Rububiyah. Rumahnya saja sudah bagus maka Pandawa
masuk negeri ngastina…
Sukma luhur idebtik dengan ruh, sedangkan seluruh nafsu dihidupi oleh
ruh, dan tergantung adanya ruh. Ruh adalah obyek rasa atau hati, ruh
memiliki tempat dihati. Ngastina identik dengan hati/rasa, pada akhirnya
hati di kuasai oleh pengetahuan/kesadaran tertinggi ( bima dan parta)
yaitu ilmu yang menyangkut wilayah keIlahian. Ketika hati bersih dari
segala macam kotoran, ruh menantikan kehadiran sumber pengetahuan sejati
(rububiyah) kuasa ilahi (bima). Setelah ruh benar2 diterangioleh
rububiyah kemudian ruh memasuki dunia fana, dan yang menjadi tujuannya
hanyalah Allah semata (bandarullah)
Perang…
Pengartian perang dalam baratayudha masih berhubungan dengan makna
kematian, karena arti kematian tidak dapat dipisahkan dari proses
peperangan, kadangkala peperangan identik dengan kekerasan…
Arti bratayudha atau bratapupuh yaitu ‘Sakratul Maut’…yang
mengisyaratkan proses penyatuan badan dan sukma, dan penyatuan ini harus
diusahakan sehingga sempurna, dan kesempurnaan badan dan sukma identik
dengan kesempurnaan keluar masuknya nafas. Nafas adalah titik hubung
penting antara diri dengan tubuh, pengaturan nafas digunakan untuk
membersihkan urat2 syaraf dan memeberikan daya kekuatsn pada pusat tubuh
yang halus. Dan bila pernafasan ini sempurna maka seseorang akan dapat
menghantarkan diri pada keadaan kesadaran diri akan Tuhan dalam nuansa
keabadian ( sukmana) dan inilah yang menjadi prasyarat munculnya Insan
Kamil…artinya kita kembali pada fitrah kita sebagai manusia pada saat
penciptaan, manusia ideal yang di tetapkan oleh Tuhan…..
ABDI…
Pandawa memiliki abdi yang dinamakan Punakawan yang berjumlah 4 dan
berfungsi sebagai penasihat perjalanan. Pandawa tidak akan pernah
berhasil tanpa para penasihat itu…dan Pandawa disebut Bandarullah yang
dapat ditafsirkan dengan ‘Allah sebagai Tujuan’…Allah menyediakan jalan
untuk berjalan kearahNya, dan jalan itu adalah :
SEMAR…( cahaya)
Dalam proses Ketuhanan, cahaya adalah ciptaan pertama yang disebut
Nur Muhammad, dan dari sinilah bibit alam raya muncul dan sbg sumber
bibit maka disini belum ada ukuran. Cahaya ini adalah hakikat alam raya,
seseorang tidak mengerti hakikat dirinya pasti akan sulit menemukan
sumbernya, tempat asalnya, dan begitu pula sebaliknya, maka sebagai
tugasnya, hakikat inilah yang menuntun manusia untuk memiliki tujuan
yang jelas bagi hidupnya yaitu ” Ilahi “.
Gareng…(hati yang bersih)
Prilaku adalah hal yang paling menentukan keberhasilan atau usaha dan
kewaspadaan pada hal2 yang akan terjadi disertai perhitungan matang
dalam bertindak, ketelitian menentukan pilihan dan kecermatan menentukan
langkah adalah hal2 yang membawa diri kita pada kemantapan hati. Dengan
hati mantap dan bersih ini, diri dapat bertindak secara tepat dan
benar.
Petruk…( ikhlas )
Sifat ikhlas ini ada dalam hati, dan ini menandakan sifat bebas dari
perasaan pamrih dan bersedia melepaskan sikap individualistis dan
mencocokan diri dalam keselarasan agung alam semesta. Arah yang sama
juga di tunjukkan dalam sifat rila yaitu keanggupan untuk melepaskan hak
milik, kemampuan dan hasil2 pekerjaan sendiri bila itu menjadi tuntutan
tangging jawab atau nasib. Ikhlas dan rila harus disadari sebagai
kekuatan yang positif, bukan sebagai menyerah kalah karena menyerahkan
dalam penuh pengertian…
Bagong…( tindakan khusus )
Salah satu sikap positif adalah bertindak…dan dari sisi mistik,
tindakan khusus yang meliputi puasa atau tirakat untuk bertujuan
mendapatkan sesuatu, dalam hal cita2 batin yang positi dan orang ini
akan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapainya. Orang yang banyak
melakukakn tindakan ini akan memiliki pola perilaku yang sama, walaupun
dia tidak melakukan laku. Pola yang terbentuk adalah usaha yang keras,
konsentrasi, kecermatan, atau ketelitian dan kesabaran, dan ini
mendorong prilaku tindakan khusus memiliki keistimewaan yang orang lain
tidak banyak memiliki, yaitu sikap keras berusaha, cermat, teliti,
penuh, kepasrahan, dll
Jadi masalah kematian dalam suluk bratayudha adalah menyangkut
kematian tokoh yang menyimbolkan salah satu unsur dari manusia, seperti
sbb;
1. Akal/ pikiran ( Angka Wijaya )
2. Kesadaran ( Prabu Salya )
3. Tenaga ( Dursasana )
4. Nafsu ( Dahyang Durna, Seta, Untara dan Wrasangka )
5. Hati ( Dhusthajumena, Bisma )
6. Kekecewaan/ emosi ( Sengkuni )
7. Kebodohan ( Burisrawa )
8. Cara Kematian ( Sentyaki )
9. Ruh dalam hubungannya dengan Kedirian ( Suyudana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar