Jumat, 05 Oktober 2012

3 Titipan GUSTI ALLAH


Dalam hidup ini, setiap manusia selalu mendapatkan pengayoman dari GUSTI ALLAH. Pengayoman tersebut tidak pernah putus walau sedetik pun. Berbagai kenikmatan di dunia ini senantiasa kita terima secara gratis. Contohnya, napas kita. GUSTI ALLAH senantiasa memberikan udara pada kita untuk bernapas dan tidak membayar sepeser pun alias gratis. Namun kadangkala manusia selalu menganggap kenikmatan itu sebagai hal-hal yang berbau materi.



Umumnya manusia merasa baru mendapatkan kenikmatan setelah menerima duit dari orang lain. Mereka mengatakan itu merupakan rejeki. Rejeki dan kenikmatan itu semata-mata bukanlah materi. Apa yang kita terima dari GUSTI ALLAH berupa kesegaran, kesehatan dan lainnya, itupun merupakan rejeki dan kenikmatan dari ALLAH. Itu merupakan tanda bahwa GUSTI ALLAH senantiasa mengayomi setiap diri umatnya. Tidak peduli apakah umatnya itu memiliki cacat fisik maupun rohani, semuanya selalu mendapatkan pengayoman dari GUSTI.

GUSTI ALLAH itu juga Maha Adil. DIA menjaga setiap sendi-sendi kehidupan umatnya. Namun berbeda dengan manusia, rata-rata makhluk yang disebut manusia ini dalam praktek kehidupan sehari-hari ternyata tidak adil. Ada tiga hal yang patut dijaga oleh manusia agar seorang manusia itu dikatakan adil dan menjadi "Manungso sejati". Apa saja itu?

Tiga hal tersebut adalah:
1. Raga
2. Pikiran
3. Jiwa

Ketiga hal tersebut ada dalam setiap tubuh manusia. Raga dalam bahasa Jawa disebut "Wadag". Pikiran dalam bahasa Jawa disebut "nalar". Sedangkan Jiwa disebut orang Jawa dengan "suksma". Ketiga hal tersebut antara satu dengan lainnya memiliki makanan sendiri-sendiri.

Makanan untuk ketiga hal tersebut:
1. Raga (makanannya adalah nasi, roti dsb)
2. Pikiran (makanannya adalah membaca koran, melihat TV, mendengarkan radio dan tukar pikiran dengan orang lain agar tumbuh pemahaman)
3. Jiwa (makanan dari jiwa adalah "panembah", "Memuji GUSTI ALLAH", Sembahyang, Sholat dan lainnya, agar muncul rasa tentram dalam hidup ini).

Nah, rata-rata manusia dikatakan tidak bisa adil karena untuk menjaga makanan dari ketiga hal tersebut saja merasa kesulitan. Padahal, GUSTI ALLAH sudah menitipkan tiga hal tersebut pada setiap diri dan titipan itu harus dirawat dengan baik oleh manusia. Kenyataannya malah berkata lain. Manusia umumnya menelantarkan satu dari ketiga hal tersebut.

Setiap titipan GUSTI ALLAH pada manusia jika kita sebagai manusia menelantarkannya, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup ini. Contohnya, jika kita lebih mementingkan raga saja dengan makan semua makanan yang ada tanpa diimbangi dengan kebutuhan Jiwa dan pikiran, maka yang muncul adalah penyakit akibat makanan itu.

Demikian juga ketika kita lebih mementingkan pikiran dimana kita selalu mencari pemahaman dengan membaca koran dan ilmu pengetahuan lainnya tanpa mempedulikan raga dan jiwa, maka kita juga akan sakit. Umumnya sakit maag, lever dan lainnya.

Oleh karena itu, ketiga hal tersebut harus dijaga keseimbangannya karena ketiganya merupakan titipan yang sangat berharga dari GUSTI ALLAH. Kalau ketiga hal tersebut sudah bisa dijaga dengan seadil-adilnya, maka kita bisa disebut manusia yang senantiasa menjaga amanah dari GUSTI ALLAH dan digelari sebagai "Manungso Sejati".

Membedakan Suara Hati


Manusia terlahir ke alam dunia ini dibekali dengan 'hati'. Hati yang dimaksud disini bukanlah hati yang sesungguhnya, melainkan abstrak. Di hati inilah kita sering merasakan sakit, sedih, gembira maupun senang. Semuanya bisa dirasakan dalam hati. Tapi hati yang ada di setiap umat manusia itu bisa berbicara dan bercakap-cakap dengan diri kita sendiri. Untuk bisa memahami suara hati tersebut perlu kiranya kita mengetahui ciri-ciri suara hati (hati nurani) yang merupakan suara GUSTI ALLAH lewat GURU Sejati.



Hati manusia itu terbagi menjadi dua yaitu:
- hati besar
- hati kecil

HATI BESAR
bisa bersuara dan mengatakan sesuatu kepada kita, tetapi suara-suara itu selalu berkata bohong. Contohnya, ketika kita sering semedi ataupun shalat, hati besar kadang-kala mengatakan,"Ibadahmu luar biasa! Tidak ada orang yang semedi-nya ataupun shalatnya seperti kamu". Bahkan kadangkala hati besar juga menyuruh untuk menipu, mencuri, emosi dan memaki-maki orang, membunuh dan lain-lain.

Sering kita mendengar berita ada seseorang yang mendengar suara untuk membunuh anak maupun istrinya agar kesulitan ekonomi yang melilit segera dapat teratasi. Tragisnya, suara itu malah dianggap sebagai wangsit atau suara ghaib dari GUSTI ALLAH. Hal itu jelas keliru. Karena hati besar senantiasa berkata bohong dan menghasut. Siapa penguasa hati besar? Setan dan Iblis, itulah yang menguasai hati besar kita.

Di Al Qur'an disebutkan bahwa Iblis dan setan itu diberi kesempatan oleh GUSTI ALLAH untuk menggoda iman manusia hingga terjerumus ke tempat yang nista. Di tempat itulah kita tinggal menyesali diri. Contohnya, ketika kita sudah melakukan pembunuhan gara-gara mengikuti perkataan hati besar, maka setan dan iblis pun akan tertawa terbahak-bahak penuh sukacita. Sementara kita, tinggal menyesali diri di balik terali besi.

HATI KECIL
Sementara hati kecil juga bisa bersuara dan mengatakan sesuatu kepada kita. Dan suara-suara yang muncul selalu berkata jujur dan tidak pernah bohong. Hati kecil juga biasa disebut-sebut sebagai hati nurani. Di hati nurani tiap manusia inilah GUSTI ALLAH lewat GURU Sejati bersemayam. Ketika berbuat salah, hati kecil senantiasa menegur apa yang telah kita lakukan.

Lewat hati kecil inilah, manusia tahu apa yang bakal terjadi pada dirinya. Lho, darimana kok bisa tahu apa yang bakal terjadi? Ya tentu saja dari GUSTI ALLAH yang menginformasikan pada GURU Sejati dan meneruskan pada kita. Ambil contoh, pernahkah Anda naik motor? Ketika menaiki motor tersebut Anda merasakan bahwa motor yang Anda tumpangi akan bocor. Suara di hati Anda begitu kuatnya mengatakan bahwa ban motor akan bocor, sehingga ban motor tersebut akhirnya bocor sungguhan.

Suara hati kecil inilah yang seharusnya kita dengar. Tetapi kadangkala hati besar senantiasa mengganggu kita untuk berbincang-bincang dengan hati kecil. Bahkan sering hati besar menyaru-nyaru dengan berkata lebih bijaksana sehingga kita pun percaya bahwa suara yang kita dengar itu adalah dari hati kecil.

Untuk bisa melatih agar lebih mendengar suara hati kecil tersebut, hendaknya kita sering berdiam diri dulu, merenung, sebelum mengambil keputusan tentang apa yang akan kita lakukan. Ketika berdiam diri dan merenung itulah akan muncul suara baik dari hati besar maupun hati kecil yang sangat bertolak belakang. Nah, dari suara dan tutur katanya itulah kita bisa mengetahui cara suara itu diucapkan maupun bahasanya untuk membedakan antara hati kecil maupun hati besar.

Oleh karena itu, sangatlah hebat sabda dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa Jihad (perang) yang besar adalah jihad melawan hawa nafsu. Sedangkan hawa nafsu itu tempatnya ada di hati besar yang juga tempatnya iblis dan setan bersemayam. Jika sudah bisa mengalahkan hati besar tersebut, maka kita akan lebih mudah untuk mendengarkan hati kecil dan selalu dapat berkomunikasi dengan GUSTI ALLAH.

Belajar Ilmu dari Alam


Disadari ataupun tidak, GUSTI ALLAH senantiasa memberikan banyak gambaran pada manusia lewat ciptaanNYA. Tetapi kebanyakan manusia ‘tidak berpikir’ sehingga keberadaan alam ciptaanNYA ini kelihatan biasa-biasa saja.



GUSTI ALLAH menjelaskan lewat kitab suci Al Qur’an yang intinya: “Berjalan-jalanlah kamu dimuka bumi. Maka kamu akan melihat kekuasaanKU”. Artinya, kita harus cerdas dan cermat dalam mengamati keberadaan alam semesta itu. Dengan begitu, kita akan bisa merasa dekat dengan GUSTI ALLAH.

Sebenarnya, sangat mudah untuk menikmati keindahan alam. Orang bisa meluangkan waktu dengan bertamasya, wisata ke pegunungan, pantai dan lain-lain. Dalam hal menikmati alam, pandangan antara anak kecil dan orangtua (sudah berumur) akan berbeda. Coba sesekali perhatikan anak kecil yang tengah berjalan-jalan dan tiba-tiba mereka melihat sungai yang airnya mengalir deras. Pasti, tanpa pikir panjang ia akan kepingin untuk mandi di kali itu.

Tapi berbeda dengan orangtua dalam menikmati alam. Para orangtua itu cenderung tidak melihat keindahan dari sungai itu. Yang indah bagi orangtua ataupun orang yang sudah dewasa adalah duit. Kemanapun mata memandang, yang dipikirkan hanyalah duit dan dunia. Padahal yang dilihat indah itu adalah fana dan bakal berubah. Itulah perbedaan antara anak kecil dan orang tua/dewasa dalam memandang keindahan alam.

Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari alam. Kita bisa belajar tentang ilmu kesabaran, ilmu kesetiaan, ilmu kepasrahan, ilmu diam dan banyak ilmu lainnya. Lho kok bisa? Jelas sekali. Lihatlah buktinya.

Belajar Kesabaran
Kalau hendak belajar ilmu kesabaran, maka kita hendaknya belajar pada Bumi yang kita injak setiap harinya ini. Bayangkan, bumi ini tidak pernah mengeluh meskipun diinjak-injak ratusan juta manusia. Bumi juga tidak pernah tersinggung meskipun diludahi, dikencingi bahkan menjadi tempat buangan kotoran manusia. Ia akan dengan sabar menerima semuanya. Kesabaran apalagi yang bisa mengalahkan bumi ciptaan GUSTI ALLAH itu? Tapi kalau manusia berbuat semena-mena terhadap bumi, maka Sang PENCIPTA akan marah dan bumi bakal menggulung dan menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Contohnya, tanah longsor dan lainnya.

Belajar Kesetiaan
Jika hendak belajar ilmu kesetiaan, tidak ada salahnya kita belajar pada matahari. Belajar dalam hal ini bukan berarti menyembah matahari. Tidak! Tetapi kita cukup melihat, merasakan dan mencontoh kesetiaan matahari yang juga ciptaan GUSTI ALLAH. Matahari adalah tempat belajar ilmu kesetiaan karena ia dengan setia senantiasa hadir dari Timur dan terbenam di Barat setiap hari.
Matahari tidak pernah ingkar janji untuk tidak terbit. Ada orang yang guyon dengan mengatakan, lha kalau mendung bagaimana? Meski mendung, matahari tetap bersinar meski tertutup mendung. Bukankah ia terus setia?

Belajar Kepasrahan dan Nerimo (Ikhlas)
Jika Anda ingin belajar ilmu kepasrahan dan nerimo (ikhlas), maka tidak ada salahnya belajar pada laut. Laut yang diciptakan GUSTI ALLAH adalah tempat mengalirnya beribu-ribu sungai di dunia ini. Kotoran apapun yang dilemparkan manusia lewat sungai, pasti akan mengalir ke laut. Dan laut akan pasrah menerima barang-barang buangan itu. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun.
Laut juga akan ikhlas menerima semua air, kotoran atau benda-benda apapun yang mengalir lewat sungai. Keikhlasan yang ditunjukkan oleh laut adalah keikhlasan “Lillahi Ta’ala” (semuanya karena ALLAH).

Belajar Ilmu dari Tumbuhan
Kita juga harus belajar dari tumbuhan. Apa alasannya? Alasannya jelas, karena tumbuhan sejak dari bibit ia hidup, ia cenderung diam. Tapi tahu-tahu lama kelamaan tumbuhan itu menjadi besar dan memberi manfaat bagi si penanamnya. Bayangkan, sebuah tumbuhan saja tahu cara menghargai dan berterimakasih pada orang yang merawatnya. Sedangkan kita manusia ini yang disebut makhluk mulia oleh GUSTI ALLAH, malah tidak bisa menghargai dan berterimakasih pada GUSTI ALLAH yang telah merawat kita. Apa layak kita disebut sebagai manusia Rahmatan Lil-alamin (manusia yang menjadi rahmat bagi alam semesta)?

Kalau kita menghormati alam, berarti kita juga mensyukuri apa yang telah dianugerahkan GUSTI ALLAH. Bukan malah kita memperTUHAN alam.

Nyalakan "Lampu" Hati



Hidup ini diciptakan oleh GUSTI ALLAH berpasang-pasangan. Ada siang-malam, lelaki-perempuan, orangtua-anak-anak, besar-kecil, tua-muda, baik-buruk, bahagia-sedih dan lain-lain. Semuanya itu merupakan pasang-pasangan yang sudah ditetapkan oleh GUSTI ALLAH. Jikalau hidup kita sedang mengalami kebahagiaan, janganlah lantas kita
bangga. Pasalnya, dibalik kebahagiaan itu pasti ada kesedihan. Tidak mungkin hidup seseorang di dunia ini bahagia selamanya karena kita semua hidup di alam fana (tidak abadi).


Demikian juga ketika kita sedang dilanda kesulitan hidup, janganlah berputus-asa. Karena dibalik kesulitan hidup itu pasti ada kemudahan. Sering kita mendengar orang bijak yang mengatakan,"Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya". Bahkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sendiri lewat hadistnya pernah mengungkapkan beberapa hal penting. Apa itu?

1. Ingatlah sehat-mu sebelum sakit
2. Ingatlah muda sebelum tua
3. Ingatlah kaya sebelum miskin
4. Ingatlah lapang sebelum sempit
5. Ingatlah hidup sebelum mati

Hidup bahagia itu bisa dicapai jika hati kita terlepas dari gundah gulana, tidak ada kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan untuk menghadapi hidup ini. Dengan hati yang tenang, maka segala persoalan hidup akan bisa diatasi karena hati yang tenang akan membuat pikiran kita lebih jernih dalam memandang segala persoalan yang ada dalam hidup ini.

Bagi masyarakat Kejawen, untuk membuat hati menjadi tenang, maka langkah utama yang harus dilakukan adalah menyalakan "lampu" dalam hati kita yang gelap. Dengan begitu, maka hati kita menjadi terang benderang. Bagaimana untuk mendapatkan hati yang terang benderang? Orang Jawa yang berpaham Kejawen memiliki kiat tersendiri. Kiat itu adalah dengan jalan bertapa.

Kata-kata bertapa yang dikenal oleh masyarakat Kejawen bukan berarti menyendiri di hutan ataupun di gunung, tetapi bisa saja bertapa itu dilakukan di perkotaan ataupun tempat ramai. Contohnya, ada tapa ngrame, dimana si pelaku tapa tidak boleh masuk ke dalam rumah atau tempat-tempat yang dinaungi atap untuk beberapa hari dan harus selalu mencari keramaian. Tentu saja hal itu dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.

Tapa Lelono

Salah satu cara bertapa yang dilakukan oleh masyarakat Kejawen adalah tapa lelono. Apa itu tapa lelono? Tapa lelono adalah bertapa dengan cara berjalan kaki. Lelaku jalan kaki tersebut lebih afdhal-nya dilakukan dari jam 12 malam sampai jam 3/subuh. Hakekat dari cara lelaku ini adalah untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Lho kok bisa mendekatkan diri dengan jalan kaki? Jika cara berjalan kaki itu hendaknya diniatkan untuk mencari "lampu" hati sehingga bisa dengan mudah mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH

Pada saat berjalan kaki itu, kita berbicara sendiri dengan diri kita. Dan pada saat berjalan tersebut dipergunakan sebagai waktu untuk introspeksi diri. Jadi berjalan kaki yang kita lakukan tidak sia-sia. Insyaallah dengan cara itu, kita akan menemukan siapa jati diri kita.

Mencari SANG MAHA GHAIB


- "GUSTI ALLAH, Panjenengan panggenanipun dhateng pundi?
+ "AKU ono ning teleging ati"
- "GUSTI ALLAH. Kulo sampun nyusul Panjenengan dumugi dhateng teleging ati. Panjenengan
kok mboten wonten. Panjenengan dhateng pundi?
+ "Kowe ora bakal biso nggoleki AKU. AKU ono ning teleging urip. Kowe bisa ketemu kelawan
AKU yen wis titi mongsone"



Terjemahan:
- "GUSTI ALLAH, dimanakah ENGKAU?
+ "AKU ada di dasar hati (hati sanubari)"
- "GUSTI ALLAH. Saya sudah menyusul ENGKAU di dasar hati. ENGKAU kok tidak ada. Dimanakah
ENGKAU?
+ "Kamu tidak bakal bisa mencari AKU. AKU ada di dasar hidup. Kamu bisa ketemu AKU jika
sudah saatnya"

Gambaran dialog di atas menggambarkan betapa sulit dan berlikunya untuk bisa bertemu dengan Sang Hyang Urip atau GUSTI ALLAH. Kita tidak akan bisa bertemu, apalagi bersatu dengan GUSTI ALLAH jika belum saatnya. Namun, dari dialog itu kita bisa tahu bahwa ALLAH itu dekat. Seperti yang dijelaskan GUSTI ALLAH sendiri dalam Al'Quran "AKU tidak jauh dari urat lehermu sendiri."

Namun orang Jawa memiliki falsafah tersendiri agar tidak putus asa untuk bisa bertemu Sang Khalik. Falsafah tersebut berbunyi,"Sopo sing temen bakal tinemu." Yang artinya, "Siapa yang benar-benar mencari, bakal menemukannya". Falsafah tersebut sangat besar artinya bagi para pendaki spiritual. Setidaknya, kita pasti bisa bertemu dengan GUSTI ALLAH di alam kematian saat kita hidup di dunia ini.

Lho hidup di dunia ini kok disebut alam kematian? Karena orang hidup di dunia itu hakekatnya adalah mati, dan orang yang sudah mati itu hakekatnya hidup. Alasannya, kita hidup di dunia ini selalu diperalat oleh kulit, daging, perut, otak dan lain-lainnya. Oleh karena itu, saat kita hidup di dunia ini pasti membutuhkan makanan untuk kita makan. Sarana untuk bisa mendapatkan makanan adalah dengan bekerja mencari duit.

Nah, kita makan itu sebetulnya hanyalah untuk menunda kematian. Lantaran diperalat oleh indera, kulit, daging, perut, otak dan lainnya, maka kita ini disebut mati. Tetapi ketika seseorang itu mati, badan yang bersifat jasad ini ditinggalkan. Xang hidup hanyalah ruh. Ruh tidak pernah butuh makan, tidur, apalagi butuh duit. Ruh itu hanya butuh bertemu dengan si Pemilik Ruh.

Di bagian lain pada blog ini pernah dijelaskan perihal "belajarlah mati sebelum kematian itu datang". Artinya, ketika kita hidup di dunia ini hendaklah kita belajar mematikan hawa nafsu dan membersihkan segala hal yang bersifat mengotori hati. Tujuannya semata-mata hanya untuk bertemu dengan GUSTI ALLAH.

Mengapa kita mesti belajar mati? Belajar mati sangatlah penting. Agar nanti ketika kita mati tidak salah arah dan salah langkah. Lho...bukankah orang mati itu ibarat tidur menunggu pengadilan dari Hyang Maha Agung? Oh...tidak. Orang mati itu justru memulai kembali perjalanan menuju ke Hyang Maha Kuasa. Orang Jawa mengatakan dalam kata-kata bijaksananya,"Urip iku ibarat wong mampir ngombe (Hidup itu seperti orang yang mampir minum)". Kalau diibaratkan secara detil, orang hidup di dunia ini sebenarnya mirip seorang musafir yang berjalan, lalu kelelahan, istirahat dan minum di bawah pohon. Ketika rasa letih dan lelah itu sudah sirna, si musafir itupun harus kembali melanjutkan perjalanannya. Kemana? Tentu saja ke tempat tujuannya.

GUSTI ALLAH itu dekat, jika sang musafir senantiasa mengingat-ingat tentang GUSTI ALLAH. Tetapi sebaliknya, GUSTI ALLAH itu jauh ketika sang musafir tersebut lebih banyak berpikir tentang hal-hal lain yang bersifat duniawi selain GUSTI ALLAH.

Pertanyaannya, Bagaimana untuk bisa bertemu dengan ALLAH? Ibarat kita hendak bertemu sang kekasih hati, gambaran wajah sang kekasih hati sudah terlukis dalam benak kita meski lama tak bertemu dan di lokasi yang jauh. "Jauh di mata, dekat di hati". Oleh karena itu, pertama, GUSTI ALLAH harus selalu terlukis dalam benak kita. Artinya, kita harus senantiasa eling.

Kedua, GUSTI ALLAH itu bersifat Ghaib. "Mustahil bagi kita yang nyata ini bertemu dengan yang Ghaib," begitu kata orang rasional. Tapi pendapat itu tidak berlaku bagi para pendaki spiritual. Seseorang bisa bertemu dengan Sang GHAIB dengan menggunakan satu piranti khusus. Apakah itu? Piranti itu adalah mata batin. Sebab GUSTI ALLAH tidak bisa dipandang dengan mata telanjang.

Dari kedua cara tersebut, maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kedua cara tersebut lebih mengandalkan pada piranti yang lebih halus lagi untuk bisa bertemu dengan GUSTI ALLAH yaitu dengan RASA. Jika RASA itu sudah terbiasa diasah, maka akan menjadi tajam seperti mata pedang. Cobalah untuk berlatih mengasah RASA dengan cara belajar mati.

Sampurnaning Urip, Sampurnaning Pati


Sajatine ora ana apa-apa, awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhihin iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsun sajatining kang urip luwih suci, anartani warna, aran, lan pakartining-Sun (dzat, sipat, asma, afngal).



Bahasa Jawa di atas memiliki arti sebagai berikut: Sesungguhnya tidak ada apa-apa, sejak masih awang-uwung (suwung, alam hampa) belum ada suatu apapun, yang ada pertama kali adalah Ingsun, tidak ada Tuhan kecuali Aku (Ingsun) sejatinya hidup yang lebih suci, mewakili pancaran dzat, sifat, asma dan afngal-Ku (Ingsun).

Kalau menilik dari kata-kata tersebut, maka kita akan bisa mawas diri tentang keberadaan kita sebagai manusia. Kita ini siapa, darimana dan nantinya bakal ke mana. Ketika terlahir ke alam dunia, manusia masih berbentuk bayi dan tidak membawa satu lembar kain pun. Saat menjadi bayi itu, kita yang semula tidak perlu disuapi ketika masih berada di dalam perut ibu, sudah mulai diperkenalkan dengan kejamnya dunia. Dimana kita harus menangis meronta-ronta untuk bisa mendapatkan makanan dengan cara disuapi ibu.

Namun ketika kita menginjak pada masa kanak-kanak, tidak ada hal-hal terindah yang menghiasi kehidupan ini selain bermain dan bermain bersama teman-teman sebaya. Bahkan ketika melihat sungai, kali ataupun empang yang ada di sekitar rumah kita, maka kita yang masih kanak-kanak ketika itu melihat keindahan yang luar biasa. Kita melihat anugerah GUSTI ALLAH yang Maha Besar lewat alam semesta yang diciptakan. Maka, jangan heran ketika kita melihat gunung, pantai dan lainnya, pandangan kanak-kanak kita akan mengagumi keindahan alam Sang Pencipta itu.

Waktu pun beranjak dan terus berlalu. Akhirnya masa kanak-kanak kita berganti dengan masa remaja. Di masa remaja inilah kita sudah mulai menerima unsur-unsur positif dan negatif dari lingkungan. Tragisnya, di masa ini kita masih belum bisa memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Semuanya ditelan mentah-mentah. Di masa inilah pembentukkan jiwa terjadi. Kalau yang dominan unsur negatif, maka seseorang di masa depannya akan diwarnai dengan perilaku yang negatif. Tetapi kalau unsur positif yang banyak masuk, maka kehidupan orang tersebut di masa depan akan menjadi lebih terang dan terarah.

Ketika kita mulai menginjak masa dewasa dan sudah memutuskan untuk menikah, maka keindahan alam semesta ciptaan GUSTI ALLAH yang ketika masa kanak-kanak kita saksikan, akhirnya musnah. Yang ada adalah berganti dengan pandangan duit, duit dan duit. Kita disibukkan untuk mencari harta dunia. Semua yang kita lakukan semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Harta dunia itulah yang mulai menghalang-halangi pandangan kita terhadap keberadaan GUSTI ALLAH.

Buktinya, walaupun kita shalat, meditasi, tafakur ataupun semedi, kadangkala yang tampak di depan kita hanyalah persoalan-persoalan yang berkutat pada duit. Pertanyaan besar yang muncul, DULU KITA INI SIAPA, PUNYA APA DAN SEKARANG KITA PUNYA APA?

Jawabannya mudah, dulu kita ini bayi, kanak-kanak, remaja tidak punya apa-apa. Tetapi ketika dewasa dan berumahtangga, kita "DITITIPI" oleh GUSTI ALLAH dengan anak, istri dan harta benda. Tragisnya, kita malah bangga dengan harta benda yang kita peroleh. "Kekayaan ini adalah hasil kerja kerasku selama ini," ujar kita meski dalam hati.

Tidak, sekali-kali tidak. Harta benda, anak, istri dan apapun yang kita miliki di dunia ini bukanlah milik kita. Itu sekedar "TITIPAN" Sang Kuasa. Kalau Anda merasa memiliki semuanya, mampukah Anda menghalang-halangi bahaya kebakaran yang akan melumat habis harta benda Anda? Mampukah kita menghalang-halangi nyawa anak kita yang akan dipanggil oleh GUSTI ALLAH? Bahkan kita sendiri tidak mampu menolak ketika nyawa kita hendak dicabut dari jasmani ini oleh Tuhan.

SEMUA MILIK GUSTI ALLAH

Pada bait di atas disebutkan kata-kata dzat, sipat, asma, afngal.

ZAT: Semua di dunia ini yang memiliki zat, itu milik GUSTI ALLAH. Coba Anda cari adakah di dunia ini yang sifatnya bukan zat?

SIFAT: Semua makhluk ataupun benda yang memiliki sifat-sifat adalah milik GUSTI ALLAH.

ASMA: Asma adalah berarti nama. Semua benda yang ada di dunia ini yang memiliki nama, adalah milik GUSTI ALLAH. Coba Anda cari makhluk ataupun benda di dunia ini yang tidak memiliki nama. Selama memiliki nama, itu kepunyaan GUSTI ALLAH.

AFNGAL: Rasa. Semua makhluk ataupun benda di dunia ini yang memiliki rasa, maka adalah milik GUSTI ALLAH.

Kembali ke pertanyaan dasar: Lalu kita ini punya apa? Jelas, tidak punya apa-apa. Ketika mati pun kita tidak akan membawa sepeser pun uang. Masihkah kita merasa sebagai makhluk yang adigang-adigung-adiguno? Jelas tidak. Kita harus pandai-pandai mepes hawa nafsu agar kita bisa kembali sebagai satria sejati. Satria sejati adalah manusia yang bisa menemukan sampurnaning urip lan sampurnaning pati (sempurnanya hidup, dan sempurnanya mati).

Memahami Nyawa Shalat



Setiap yang hidup pasti mempunyai nyawa. Sesuatu tidak bisa dikatakan hidup jika tidak memiliki nyawa. Dalam Islam Kejawen juga diajarkan tentang nyawa, khususnya tentang doa. Pada sebuah doa, atau ketika melakukan shalat secara syariat, maka kita harus mengetahui nyawa sebuah shalat. Kalau kita tidak mengetahui nyawa sebuah shalat, maka tidak akan bisa mengetahui "ruh" dari shalat itu. Intinya, jika kita tidak mengetahui nyawa dan "ruh" shalat yang kita lakukan, maka shalat kita hanya sekedar gugur kewajiban semata.


"Tangeh lamun sira bisa ketemu GUSTI ALLAH, yen sira ora bisa mangerteni hakekate shalat," begitu pesan dari sesepuh kita dulu. Shalat itu menurut Islam Kejawen adalah senantiasa eling dan menyembah pada GUSTI ALLAH. Seperti sudah dijelaskan pada tulisan terdahulu bahwa ada 2 hakekat hidup di dunia yaitu
- Tansah eling lan manembah marang GUSTI ALLAH (shalat)
- Apik marang sak pada-padaning ngaurip (berbuat baik pada sesama makhluk)
Salah satu cara eling lan manembah marang GUSTI ALLAH itu jika dilakukan menurut syariat adalah dengan jalan melakukan shalat.

Banyak dari kita yang tidak tahu, dimanakah nyawa dalam sebuah shalat yang kita lakukan. Rata-rata orang yang beragama Islam hanya menjalankan shalat sebagai syarat saja. Artinya, sekedar gugur kewajiban. Padahal, jika mengetahui nyawa shalat itu sendiri, kita akan bisa berdialog dengan GUSTI ALLAH. Dimanakah nyawa syariat shalat yang dilakukan itu?

Jawabannya: nyawa shalat itu ada pada surat Al-Fatihah. Lho kok bisa? Ya sangat jelas sekali. Karena sebuah shalat yang kita lakukan tidak akan sah jika tidak membaca surat Al-Fatihah. Jadi, jika seseorang hanya mampu membaca surat Al-Fatihah saja, maka shalatnya sudah sah, tapi masih belum bisa berdialog dengan GUSTI ALLAH. Jadi, ketika shalat dan membaca surat Al-Fatihah, konsentrasi kita haruslah penuh untuk bisa berdialog dengan GUSTI ALLAH. Lain halnya dengan shalat dimana seseorang membaca surat Al-Fatihah dengan cepat, tentu saja tidak akan mampu untuk berdialog dengan GUSTI ALLAH.

Apa sih ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah itu? Tentu banyak dari kita yang sudah mengetahuinya. Surat Al-Fatihah tersebut antara lain berbunyi

Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin
Ar Rahmaani rrahiim
Maaliki yaumid diin
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
Ihdinas shiraatal mustaqiim
Siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim,
ghairil maghduu bi’alaihim, walad dhaalliin


Terjemahannya
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Yang menguasai hari pembalasan/kiamat
Hanya padamu kami menyembah, dan hanya padamu kami memohon pertolongan
Tunjukkanlah kami Jalan yang Lurus
Jalan yang penuh nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan jalan yang sesat.

Perhatikan dengan seksama, betapa hebat dan berbobotnya surat Al-Fatihah itu. Surat Al-Fatihah tersebut jika dibaca dengan konsentrasi pada GUSTI ALLAH akan sangat bermanfaat bagi yang membacanya, terserah apapun tujuannya. Tidak salah jika surat Al-Fatihah tersebut menjadi Ummul Kitab (surat pembuka Al'Quran).

Nyawa Surat Al-Fatihah

Seperti sudah disebutkan diatas bahwa tidak banyak orang yang tahu bahwa Al-Fatihah sebagai nyawa sebuah shalat, demikian juga tidak banyak orang yang tahu bahwa surat Al-Fatihah itu sendiri juga mempunyai nyawa di dalamnya. Jadi, bisa dikatakan nyawa sebuah shalat adalah Al-Fatihah, dan surat Al-Fatihah itu sendiri juga mempunyai nyawa ataupun "ruh".

Apa nyawa dari surat Al-Fatihah? Nyawa ataupun "ruh" dari surat Al-Fatihah itu adalah pada ayat yang berbunyi "Iyyaaka na’budu, wa iyya`ka nasta’iin". Mengapa ayat tersebut menjadi nyawa dari surat Al-Fatihah? Karena ayat tersebut merupakan perpisahan antara doa yang dipanjatkan pada GUSTI ALLAH dan doa untuk diri manusia itu sendiri yang menunjukkan kepasrahan kita sebagai makhluk.

Coba perhatikan surat Al-Fatihah beserta terjemahannya sekali lagi.

Bismillahirrahmaanirrahiim
(Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih & Penyayang) (Doa untuk ALLAH)
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin
(Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta) (Doa untuk ALLAH)
Ar Rahmaani rrahiim
(Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang) (Doa Untuk ALLah)
Maaliki yaumid diin
(Yang Menguasai hari pembalasan/kiamat) (Doa untuk ALLAH)
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin
(Hanya padaMU Kami Menyembah,dan hanya padaMU kami memohon pertolongan)(Doa Kepasrahan kita)
Ihdinas shiraatal mustaqiim
(Tunjukkanlah kami jalan yang lurus)(Doa untuk si manusia)
Siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim,
(Jalan yang penuh nikmat)(Doa untuk si manusia)
ghairil maghduu bi’alaihim, walad dhaalliin
(Bukan jalan orang yang Engkau Murkai dan bukan jalan yang sesat)(Doa untuk si manusia)

Nah, perhatikan doa tersebut. Dimanakah perpisahan antara doa untuk Allah dan doa untuk kepentingan si manusia itu sendiri? Perpisahan tersebut adalah pada "Iyyaaka na’budu, wa iyyaaka nasta’iin" yang menunjukkan bahwa manusia itu tidak mempunyai kekuatan apapun dan pasrah pada kuasa dari GUSTI ALLAH. Jadi, berkonsentrasilah ketika membaca perpisahan antara doa untuk ALLAH dan doa untuk kepentingan si manusia karena hal itu menunjukkan kepasrahan kita pada GUSTI KANG MURBEHING DUMADI.

Kamis, 04 Oktober 2012

Smart Fren

Promo Terbaru Operator Smart Fren

Telkom Flexi

Promo Terbaru Telkom Flexi

Telkom Speedy

Promo Terbaru Produk Telkom Speedy

Telkom

Promo terbaru Operator Telkom

Three

Promo Operator Three

XL

Promo Operator XL

axis

Promo Terbaru Operator Axis

Indosat

Informasi Mengenai Promo Indosat

Tanah Kita


Rabu, 03 Oktober 2012

Telkomsel Promo

Untuk Mengetahui Informasi Telkomsel Terupdate

Seting dan Regristrasi Net Indosat M2



Kartu Perdana Indosat Internet Broom
Kini hadir Kartu Khusus Internet dari Indosat yaitu Indosat Internet Broom. Layanan paket data Unlimited dan Kuota dengan kecepatan hingga 7,2 Mbps untuk aktifitas seperti e-mail, chatting, downloading, blogging, browsing, dll dengan paket pilihan sesuai dengan kebutuhan Anda. Akses yang mudah dan tarif terjangkau. Segera dapatkan kartu perdana Indosat Internet Broom untuk koneksi Internet Anda dengan teknologi 3.5G Indosat.


KARTU INDOSAT INTERNET BROOM

Kartu Indosat Internet Broom  sudah terisi paket data unlimited khusus perdana dengan nilai:
Harga
Kuota
Kecepatan (Hingga)
Masa Aktif Paket
25.000
200 MB
512 Kbps
30 Hari
Keterangan:
  • Tarif di atas sudah termasuk PPN 10%
  • Untuk paket Unlimited jika sudah mencapai FUP maka kecepatan hingga 64 kbps.

PILIHAN PAKET INDOSAT INTERNET BROOM

Anda dapat mengganti paket kapanpun selama pulsa cukup, Anda dapat mengganti paket ke nominal yang berbeda ataupun merubah tipe paket menjadi Kuota/Unlimited.
Anda dapat merubah paket melalui :
  1. Portal http://internet.indosat.com, dengan melakukan Login di portal tersebut lalu memilih menu Change Subscriptions / Change Package. User Login untuk Portal adalah Nomor Kartu, sedangkan Password diberikan ketika aktifasi kartu pertama kali
  2. UMB, dengan mengetik *888*1#
  3. SMS, syntax dapat dilihat di tabel dibawah

Paket-paket yang dapat dipilih antara lain :
Nama Paket
Tarif
Batas Pemakaian Wajar (FUP)
Kecepatan
(hingga)
Masa Aktif Paket
Keyword Registrasi Paket
(SMS ke 363)
Paket Broom Unlimited
50 ribu
Rp 50.000
500 MB
1 Mbps
30 Hari
BROOM<spasi>UL<spasi>50K
100 ribu
Rp 100.000
2 GB
1 Mbps
BROOM<spasi>UL<spasi>100K
150 ribu
Rp 150.000
3 GB
1 Mbps
BROOM<spasi>UL<spasi>150K
200 ribu
Rp 200.000
5 GB
2 Mbps
BROOM<spasi>UL<spasi>200K
Paket Broom Kuota
100 ribu
Rp 100.000
2,5 GB
7,2 Mbps
30 Hari
BROOM<spasi>KUOTA<spasi>100K
200 ribu
Rp 200.000
6 GB
7,2 Mbps
BROOM<spasi>KUOTA<spasi>200K
Keterangan:
  • Paket-paket di atas hanya bisa digunakan melalui Kartu Indosat Internet Broom 25.
  • Tarif di atas sudah termasuk PPN 10%.
  • Untuk paket Unlimited jika pemakaian sudah melebihi dari batas pemakaian wajar (FUP) maka kecepatan hingga 64 Kbps.
  • Untuk paket Kuota jika pemakaian sudah melebihi dari batas pemakaian wajar (FUP) maka akan dikenakan tarif Rp 1/KB (sudah termasuk PPN 10%).
  • Setting APN adalah indosat.
  • Pada saat melakukan registrasi/pindah paket melalui http://internet.indosat.com, Anda diminta merespon atas diberlakukannya perpanjangan paket secara otomatis (Auto-renewal) terhadap paket yang dipilih (jika bersedia, maka paket akan otomatis diperpanjang, jika tidak, maka paket tidak diperpanjang).
  • Pindah paket dapat dilakukan kapan saja selama pulsa masih cukup. Pelanggan tidak dapat mendaftar paket yang sama dengan paket sebelumnya di dalam masa aktif paket indosat internet broom sebelumnya.
  • Ketika melakukan perpanjangan atau pindah paket, maka yang berlaku adalah masa aktif paket yang baru serta kuota FUP yang baru (tidak ada sisa kuota akumulasi dari periode sebelumnya).
  • Anda tidak dapat melakukan koneksi internet jika tidak berlangganan paket data atau pada saat Auto-Renewal gagal.
  • Bagi pelanggan yang menggunakan kartu selain Kartu Indosat Internet Broom 25 seperti IM3, Mentari, dan Indosat Mobile dapat menggunakan Layanan Internet klik disini

TARIF Dasar Telepon, SMS, MMS

Layanan Telepon, SMS, MMS, USSD juga dapat digunakan di Kartu Indosat Internet Broom dengan ketentuan tarif sebagai berikut:
Tarif Dasar Kartu Indosat Internet
Tarif*
Unit
SMS ke Sesama Indosat & Operator lain
Rp 150
per SMS
SMS ke Internasional
Rp 500
per SMS
MMS Domestik & Internasional
Rp 385
per MMS 50KB
Telepon ke Sesama Indosat
Rp 700
per 30 detik
Telepon ke Operator lain
Rp 875
per 30 detik
Telepon International Roaming
Mengikuti tarif roaming yang berlaku
*sudah termasuk PPN 10%


AKTIVASI KARTU

Aktivasi kartu untuk pertama kali dapat dilakukan melalui SMS dan Web Portal:
  • SMS ke 4444 melalui Handphone.
  • Ajses ke http://internet.indosat.com
Perhatian: Pastikan handphone, modem atau perangkat lainnya yang akan dipasang Kartu Indosat Internet telah di setting parameternya.


ISI ULANG
Mekanisme Isi Ulang kartu Indosat Internet sama dengan prabayar Indosat lainnya (IM3, Mentari, Indosat Mobile) yaitu melalui Voucher Indosat fisik dan elektrik (i-SEV), pembelian melalui channel perbankan yang bekerja sama dengan Indosat.

Isi ulang juga dapat dilakukan melalui
http://internet.indosat.com  dengan memilih menu Top Up lalu memasukkan kode voucher.


CEK PULSA
Cek Pulsa dapat dilakukan dengan cara dial ke *555# atau melalui
http:// internet.indosat.com


CEK KUOTA PEMAKAIAN

Cek kuota pemakaian dapat dilakukan dengan cara dial ke *888*1# atau melalui
http://internet.indosat.com

 
Parameter Setting Profile Internet
Dial number
:
*99#
Username  
:
kosongkan
Password 
:
kosongkan
APN
:
indosat